HEADLINEHUKUM & KRIMINALPERISTIWAPOLITIK & PEMERINTAHANTERKINI

Bantuan Mesin Jahit Tahun 2014 Dinsosnakertrans Diduga Tak Disalurkan

mesin jahit/ilustrasi
mesin jahit/ilustrasi

 

Pamekasan, maduranewsmedia.com– Realisasi bantuan mesin jahit di Dinsosnakertrans kabupaten Pamekasan mencurigakan. Bantuan mesin jahit tahun anggaran 2014 dan 2015 itu diduga tidak disalurkan secara keseluruhan,  Karena hingga saat ini sejumlah Penerima bantuan mesin jahit itu masih bertanya tanya.

Junaidi (29) warga Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, mengaku terdaftar sebagai penerima bantuan mesin jahit sejak 2014. Namun hingga kini belum pernah mendapatkan bantuan tersebut.

Dari data yang dihimpun maduranewsmedia.com, pada tahun ini bantuan mesin jahit kembali dianggarkan oleh Dinsosnakertrans, total anggaran mencapai Rp 300 juta. Mesin jahit yang akan didistribusikan sebanyak 48 unit.

Penerimanya ada tiga kelompok. Yakni Kelompok Taman Bunga di Kecamatan Palengaan, Kelompok Al-Mawardi di Kecamatan Pegantenan, dan kelompok reguler di internal Dinsosnakertrans Pamekasan.

Anehnya, anggaran yang cukup besar itu dialokasikan untuk pengadaan barang. Padahal harga mesin jahit per unit Rp 3,5 juta. Jika dikalkulasi, total harga 48 unit mesin jahit hanya Rp 168 juta. Sementara anggaran tahun ini mencapai Rp 300 juta. Dengan demikian, ada sisa anggaran Rp 132 juta.

Di sisi lain, bayaran bagi pelatih menjahit di setiap kelompok hanya Rp 200 ribu per jam. Itu pun jadwalnya bergantian setiap kelompok. Anehnya lagi, semua kelompok belum mendapatkan pelatihan menjahit.

Kabid Penempatan Pelatihan dan Perluasan Produktivitas Dinsosnakertrans Pamekasan, Supardi saat dikonfirmasi  di kantornya mengaku tidak tahu data penerima bantuan mesin jahit tahun anggaran 2015 dan 2014. dia juga mengaku tidak mengetahui jumlah anggaran bantuan mesin jahit kepada masyarakat Padahal bantuan diklaim terealisasi semua. ”Datanya tidak ada mas . Dan masalah Anggarannya sayapun lupa, meskipun ada, harus cari dan butuh waktu lama karena ada di gudang,” kata Supardi, Jum,at (10/06/2016).
Mengenai identitas kelompok penerima bantuan mesin jahit, Supardi menolak memberikan keterangan. Alasannya, dia sudah lupa meski bantuan mesin jahit 2015 baru terealisasi beberapa bulan lalu. Tentang anggaran 2015, Supardi menyatakan, pihaknya tidak terfokus pada pengadaan mesin jahit. Namun juga ada biaya operasional. Salah satunya bayaran bagi pelatih menjahit. Pelatih, yang dibayar per jam. ”Setiap pelatih dibayar sesuai jam mengajar. Tiga kelompok itu bisa satu pelatih yang menangani,” pungkasnya. (rhm/shb).