HEADLINEKESEHATANPENDIDIKANPERISTIWAPOLITIK & PEMERINTAHANTERKINI

Jelang Bangkalan Bebas Kusta, Dinkes Gencar Lakukan Sosialisasi Pencegahan

Kabid P2PL Dinas Kesehatan Bangkalan,H A Walid Yusufi saat menyampaikan sambutan mewakil Plt Kadinkes Bangkalan, H Sudiyo

Bangkalan,maduranewsmedia.com– Dinas Kesehatan kabupaten Bangkalan memprioritaskan program Bangkalan menuju eliminasi Kusta tahun 2024. Pada Peringatan hari Kusta Se-dunia yang diperingati setiap minggu terakhir pada Bulan Januari, Dinas Kesehatan kabupaten Bangkalan menggelar Sosialisasi pencegahan penyakit kusta bersama kita jelang bangkalan bebas kusta. “Peringatan hari Kusta se-dunia ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran  masyarakat terhadap penyakit Kusta yang kerapkali terabaikan,” kata Plt Kepala Dinas kabupaten Bangkalan, H Sudiyo dalam sambutan tertulis yang disampaikan oleh Kabid P2PL, H A Walid Yusufi pada Peringatan Hari Kusta se-dunia di Pondok Pesantren Nurul Cholil, Demangan Bangkalan, Selasa (04/02/2020).

Dalam sosilalisasi dengan tema Kusta dapat dicegah dan disembuhkan itu, A Walid Yusufi menyatakan, sampai saat ini penyakit Kusta merupakan penyakit menular yang menahun dan masih menjadi ancaman  masyarakat di kabupaten bangkalan. Hal itu disebabkan karena tingginya angka kesakitan, angka cacat II serta kasus anak.”Memang trend prevalensi penyakit kusta 5 tahun terkahir sejak tahun 2014 hingga tahun 2019 ini menurun, namun karena yang terjangkit penyakit kusta ini banyak usia [roduktif, maka tetap menjadi ancaman,” jelas Walid panggilan akrabnya Kabid P2PL Dinkes Bangkalan ini.

Dijelaskan Walid, karena penyakit Kusta merupakan masalah penting, maka Dinas Kesehatan kabupaten Bangkalan membuati program prioritas yaitu program Bangkalan menuju eliminasi Kusta tahun 2024. “Untuk mensukseskan program ini kami menerapkan strategi ASSAALAM, yaitu Advokasi dan komitmen politis, Sosialisasi dan edukasi, skrining kusta atau intensifikasi penemuan Kusta baru, aktifkan kader kesehatan, anggaran tersedia, logistic tersedia, analisa data atau pencatatan dan pelaporan serta Monitorng dan evaluasi,” terangnya..

Santri Ponpes Nurul Cholil Saat mengikuti acara Sosialisasi

 

Sedangkan kegiatan yang telah dilakukan Dinkes kabupaten Bangkalan kata Walid, melaksanakan pemeriksaan kontak Kusta, sosialissai Kusta dengan tokoh  agama, tokoh  masyarakat, Kader, paramedis dan Lapas, pelatihan Kusta, intensif case finding, pelacakan kasus reaksi Kusta serta pertemuan lintas sektor dan lintas prgram. “Saat ini masih ada stigma dan diskriminasi terhadap orang yang pernah mengalami Kusta (OYPMK),” tuturnya. .

Oleh sebab itu kata Walid dengan adanya peringatan hari Kusta se-dunia di kabupaten bangkalan yang dilaksanakan di Ponpes Nurul Cholil ini diharapkan warga Ponpes dapat mendeteksi dini penyakit Kusta dilingkungan pondok pesantren. “Kami juga berharap pondok pesantren bisa membantu dinas kesehatan untuk menyebarkan informasi tentang Penyakit Kusta kepada masyarakat agar stigma Kusta di masyarakat bisa menurun,” katanya.

pengelola program Kusta Dinas Kesehatan pemprop Jatim, Sumarsono, S.KM saat menyammpaikan materi sosialisasi
.

Sementara itu, pengelola program Kusta Dinas Kesehatan  pemprop Jatim, Sumarsono, S.KM menjelaskan penularan penyakit Kusta ini sama dengan penularan virus Corona. “Penularan penyakit Kusta sama dengan virus Corona, karena proses penularannya melalui udara, tapi dengan catatan dia (penderita Kusta Red) tidak mau diobati. Kalau mau diobati sudah tidak ada proses penularan,” jelasnya.

Dijelaskan Sumarsono, Kusta adalah penyakit kullt yang menular, tidak sembuh dengan obat di toko, dan kalau terlambat di obati bisa menimbulkan cacat. “Kenapa penyakit ini meniadi perhatian kita ? karena penyakit ini menimbulkan cacat dan bisa berdampak sosial juga bisa berdampak ekonomi. Namun penyakit Kusta ini bisa disembuhkan dan sudah ditemukan obatnya, maka dari itu penderita kusta tidak perlu dijauhi atau dikucilkan,” tuturnya.

Saat ini kata Sumarsono, pemahaman dalam masayarakat masih banyak ang menyatakan bahwa penyakit kusta adalah penyakit turunan atau Kusta karena akibat dari hubungan suami isteri pada saat menstruasi. “Ini pemahaman masyarakat yang sampai saat ini susah untuk merubahnya, oleh. Karena itu perlu bantuan dari adik adik Santri ponpes Nurul Cholil ketika lulus dari pesantren nanti dan kembali ke daerahnya masing masing
minimal tidak ada yang salah dalam memberikan informasi tentang penyakit kusta,” pungkasnya. (hib/shb/*).