HEADLINEKESEHATANPERISTIWAPOLITIK & PEMERINTAHANTERKINI

PHE WMO Harapkan Muncul Duta-duta Mangrove Untuk Indonesia

Presiden/General Manajer PHE WMO Sri Budiyani saat melintasi pohon Mangrove
Presiden/General Manajer PHE WMO Sri Budiyani saat melintasi pohon Mangrove

Bangkalan, maduranewsmedia.com – Berkembangnya taman pendidikan  mangrove di Desa Labuhan Kecamatan Sepulu kabupaten Bangkalan hingga menjadi kawasan konservasi di bawah pengawasan Badan Pengelola Hutan Mangrorve (BPHM) Wilayah I Bali, tak lantas membuat Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) puas.

Selaku inisiator, pembinaan, dan pendampingan masyarakat Desa Labuhan, PHE WMO berharap ada area-area baru mangrove di Madura sebagai kawasan konservasi, edukasi, dan destinasi wisata. “Harus muncul duta-duta mangrove, tak hanya di Bangkalan, tapi di Madura yang bisa mewakili Indonesia,” ungkap Presiden/General Manajer PHE WMO Sri Budiyani saat menerima kunjungan Kepala (BLH) Jatim Bambang Sadono ke Taman Pendidikan Mangrove, Desa Labuhan (23/8/2016).

Menurutnya, Kelompok Tani Mangrove binaan PHE WMO ‘Cemara Sejahtera’ sudah mampu menyuguhkan ragam mangrove yang sebelumnya hampir punah lantaran penebangan liar hingga terjadi abrasi.  “Taman pendidikan mangrove ini sudah cukup bagus karena banyak sekali jenis mangrove yang selama ini kita tidak tahu. Masyarakat sini (Desa Labuhan) sekarang lebih tahu kegunaan mangrove,” ujarnya.

Untuk itu, dijelaskannya, keikutsertaan dari masyarakat setempat untuk menjaga, melestarikan, dan mengembangkan kawasan mangrove ini sangat diperlukan. “Tanpa ada peran dan dukungan dari masyarakat, tidak akan berjalan dengan baik,” pungkasnya.

Kepala BLH Jatim Bambang Sadono melalui Sekretaris Sunarta mengungkapkan, lingkungan mangrove ini jika dikelola dengan baik, selain bisa menselaraskan alam dan lingkungan, bisa juga memberdayakan masyarakat dari sisi perekonomian atau pun pendidikan. “Dengan luas kurang lebih tiga hektar, sudah cukup bagus dan masih bisa dikembangkan. Apalagi lokasi ini mulai menjadi kawasan transit burung-burung migran dari luar Indonesia,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, keberadaan taman pendidikan mangrove di Desa Labuhan itu melengkapi kawasan mangrove yang sudah ada di Jawa Timur. Sepeti di Tuban, Lamongan, dan Surabaya.  “Madura (Bangkalan) ini yang pertama kali. Madura yang dikenal kering bisa menjadi tujuan wisata dengan adanya taman mangrove ini. Tentunya, butuh peran serta pemerintah daerah setempat,” pungkasnya.

Rombongan berkeliling kawasan mangrove dipandu Sekretaris Kelompok Tani Cemara Sejahtera, Syahril dengan meniti geledak kayu sepanjang 350 meter.

Aneka ragam tanaman mangrove seperti Sonneratia Alba (Prapat), Rizhophora Stylosa, dan Stenggi nampak tumbuh subur. Begitu juga cemara udang berusia 1,5 tahun yang ditanam sejauh 2,5 di bibir pantai juga tumbuh subur.

Syahrir menyatakan, pihaknya kini tengah membangun tower setinggi 10 meter yang akan dijadikan pemantau burung-burung migran.  “Tantangan terberatnya adalah memberikan pengertian kepada para pemburu burung. Tapi syukurlah, sekarang sudah tida ada. Karena kami akan menjatuhkan sanksi,” pungkasnya. (hib/shb)