HEADLINEPERISTIWAPOLITIK & PEMERINTAHANTERKINI

SOLID NKRI Minta Pejabat Negara Hentikan  Rencana Kegiatan Terbuka Parade Tauhid Di Senayan

Ketua SOLID NKRI Haris Budi Kuncahyo, S.Ag. M.Si

Surabya,maduranewsmedia.com– Komunitas gerakan peduli Indonesia Damai, Adil, Berkah, Unggul,  Solidaritas Indonesia Untuk NKRI (SOLID NKRI) memohon menyatakan sikap menolak dan memohon dengan tegas agar  MPR RI, DPD RI, DPR RI, Presiden RI, Panglima TNI dan Kapolri untuk membatalkan Surat Pemberitahuan dan menghentikan segala aktifitas Parade Tauhid dan atau Aksi Mujahid 212 dari Senayan menuju Istana Negara. “Kami dari Solidaritas Indonesia Untuk NKRI (SOLID NKRI)  memberikan Pernyataan Resmi melalui Siaran Pers terkait Kegiatan Terbuka Parade Tauhid yang berubah menjadi Gelar Aksi Mujahid 212 dari Senayan menuju Istana Negara RI pada Sabtu, 28 September 2019 pukul 06.00 WIB di Jakarta yang akan diikuti sekitar 50 ribu- umat Islam se Indonesia dengan terindikasi kuat digerakkan oleh PA 212, FPI dan HTI serta Eksponen Pendukung Prabowo Sandi,” kata Ketua SOLID NKRI Haris Budi Kuncahyo, S.Ag. M.Si saat menyampaikan Rilis, Jum,at (27/09/2019).

Dikatakan dia, SOLID NKRI menolak Kegiatan Terbuka Parade Tauhid yang berubah menjadi Gelar Aksi Mujahid 212  dengan sejumlah argumentasi antara lain : karena  Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri dengan tetesan darah para syuhada untuk membebaskan diri dari Kolonialisasi bertahun tahun dan kemudian merdeka dan menyatakan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 untuk Islam yang menjadi rahmad semesta bukan untuk umat Islam saja.

Argemen lainnya kata Haris, . Parade Tauhid dan atau Aksi Mujahid 212 adalah perbuatan Bid’ah Sayi’ah yaitu _tambahan kreatifitas syiar Islam tetapi untuk di bumi Indonesia tidak tepat. Sebab, yang diperlukan adalah membumikan Islam Aktual, Islam Transformatif, Islam Egalitarian, Islam Inklusif dan Islam Kosmopolitan. “ Giat terbuka Parade Tauhid dan atau Aksi Mujahid 212 hanya akan memberikan kesan pada dunia internasional bahwa umat Islam Indonesia itu butuh pengakuan, menyukai hal hal yang simbolik, menyala sumbu pendek dan tidak intelektual serta menyukai peperangan serta bughot atau mufarraqoh yaitu sikap politik membangkang penguasa yang bertauhid dan ingin membangun negara dalam negara,” jelas Haris yang juga Deklarator Hari Santri Nasional (HSN) di Ponpes Babussalam, Pagelaran, Kabupaten Malang bersama Calon Presiden RI Jokowi Tahun 2014 dan Deklarator Indonesia Damai Tahun 2019.

Dijelaskan Haris, argumen SOLID NKRI lainnya adalah  Aksi Parade Tauhid dan atau Aksi Mujahid 212 menuju Istana Negara justru menghina _haibatul Islam wal  Muslimin . Mengapa demikian? Karena, tugas mulia umat Islam adalah menegakkan  Izzul Islam wal Muslimin. “ Apa itu Izzul Islam Wal Muslimin ? Yaitu menjaga, merawat dan melestarikan syiar kemuliaan Islam sebagai ajaran keberagaman dan keberadaan umat Islam baik secara struktural maupun kultural. Sebagaimana Bung Karno mengingatkan tentang,  upaya sungguh-sungguh Umat Islam agar -menyalakan Api Islam dan memadamkan Abu Islam,” tutur Gus Haris Eksponen FAMI (Front Aksi Mahasiswa Indonesia) Tahun 90 an dan Deklarator PENA 98.

Oleh sebab itu kata Gus Haris SOLID NKRI memberikan Solusi terbaik bagi Umat Islam di Indonesia ditengah suasana menjelang Era Baru Pemerintahan Jokowi Ma’ruf ini. “Laksanakan budaya Musyawarah dengan siapapun dengan tetap mengedepankan Islam sesuai Al QUR’AN dan SIRAH NUBUWWAH bukan Islam yang diterjemahkan secara Politik _an sich_ dan teokratis yang berbau ingin membangun Politik Islam dalam pemerintahan dan kekuasaan, kita tahu bahwa Islam yang dibangun secara Daulah oleh beberapa Bani pasca wafatnya para Sahabat RA justru menjauhkan Islam yang sesungguhnya, Islam terkesan penuh konflik dan melupakan nilai-nilai kemanusiaan universal,” terang .mahasiswa Program Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP) Universitas Muhammadiyah Malang ini

Alumni Pelajar Islam Indonesia (PII) 1991 ini lebih lanjut menjelaskan,  Dalam perspektif Falsafah Kebangsaan, NKRI juga dirumuskan oleh Buya Nasir Tokoh Islam Internasional. Secara Bhinneka Tunggal Ika, banyak ayat ayat Al Qur’an dan kehidupan para Sahabat RA serta Ulama Ulama Tasawuf yang mengedepankan kehidupan pluralis bersama lintas agama dan kepercayaan untuk mewujudkan Gotong Royong terhadap hal hal yang provan dan inter-relasi humanitas menuju peradaban yang Adil dan Peduli sesama sebagaimana kehidupan Juru Dakwah yang dikembangkan Wali Songo di Indonesia.

Pada pasal pasal UUD 1945 yang belum sempurna bisa di lengkapi dengan UU, Peraturan dll dan hal ini umat Islam memiliki pengayaan literatur pemikiran dan berbagai ijtihad fiqiyah serta beberapa jalan alternatif yang kemudian menjadi Islam itu sebagai rumah alam semesta bagi program pembaharuan umat manusia untuk _manembah, manekung dan maneges_ bagi jalan peradaban Indonesia Damai di masa depan. “Pemahaman Pancasila secara esoterisme sangat mewakili nilai, pranata dan tujuan Islam dalam kehidupan sehari-hari bersama lintas agama dan kepercayaan. Bahkan secara sosiologis dan antropologis kehadiran Pancasila sebagai bagian dari karakteristik umat manusia sangat sesuai dan bagain fundamental dari Islam. Maka Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI tidak ada satu pun yang bertentangan dengan _Maqoshudul Islam_ (baca: Tujuan Islam). Umat Islam hidup di bumi Indonesia ini adalah Surga Dunia,” ujar Haris Alumni HMI 1993 dan  juga Alumni GMNI 1995 ini.

 

Gus Haris

Ditambahkan Gus Haris, beberapa alasan kegiatan Parade Tauhid terkait pemulangan HRS adalah justru menggiring Islam dalam politik adu domba, ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab, Pemerintah RI tidak pernah mencekal HRS baik secara lisan maupun dokumen negara. Demikian pula menyangkut tindak menolak Perjuangan PKI adalah tidak ada hubungan sama sekali dengan Bulan Muharram sebagai Tahun Baru Islam atau Parade Tauhid dan Aksi Mujahid. Urusan Peristiwa PKI sudah final sebagai gerakan melawan Pancasila, tidak perlu dikaitkan dengan Parade Tauhid / Aksi Mujahid 212. “Makanya Kami dari SOLID NKRI menolak beberapa pernyataan terkait Parade Tauhid dan atau Aksi Mujahid 212 dari Senayan menuju Istana Negara dengan tujuan menyikapi kasus aktual seperti Tragedi Papua, Aksi Pelajar dan Kebakaran Hutan,” Penyehatan Lingkungan kata Haris yang pernah sekolah
S1 STAIN Malang Fakultas Tarbiyah (Pendidikan Agama Islam)

Bahwasannya imbuh Gus Haris beberapa kasus tersebut diatas adalah murni persoalan tata kelola pelayanan publik, pengelolaan negara dan kebijakan hukum serta situasi kebangsaan yang memprihatinkan sebagai dampak dari sikap Pancasila yang mulai digantikan dengan Sikap Beragama secara Garis Keras, sikap beragama yang memelihara prasangka buruk, mengagungkan kabar bohong (hoaks), bersikap tidak adil serta menyukai kebencian, kedengkian, prasangka buruk, saling menjatuhkan dan saling merendahkan serta semakin jauh dari akar sejarah bagaimana NKRI ini berdiri untuk umat manusia dalam lintas agama dan kepercayaan.”Terakhir, kami SOLID NKRI menolak tegas upaya mengaitkan Parade Tauhid dan atau Aksi Mujahid 212 dengan solusi menyelamatkan NKRI,” tegasnya.

Ditegaskan Gus Haris, apabila NKRI dan para penghuninya ingin selamat maka hanya dua syarat sebagai dalam Al Qur’an yaitu : 1. Beriman berarti melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen serta 2. Bertaqwa yaitu jadi rakyat, pejabat atau pimpinan dan rohaniawan untuk tidak korup, kritis yang membuat nyaman dan damai serta memberikan keteladanan beragama dan berkerpercayaan yang mampu secara humanis menimbulkan gejala perubahan sosial yang menyelamatkan dan memperkuat persatuan dan kesatuan sesama warga bangsa.

Sehingga Istana Negara bukan tempat salah dan solusi, Senayan juga demikian. Melainkan untuk salah adalah sikap kita yang menyukai radikalisme dan kekerasan serta mudah menebarkan fitnah serta merongrong kekuasaan yang itu Akhlak Bughot dan bertentangan dengan faham Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Adapun solusi menyelamatkan NKRI ini bukan ada di Presiden RI, DPD RI, MPR dan DPR serta DPRD, melainkan pada sikap politik kita sudah sesuaikan dengan Pancasila atau justru akan menggantikan dengan ideologi ekstrem kanan dan atau ekstrem kiri sehingga kita bermimpi Indonesia seperti di Timur Tengah atau di Eropa era Karl Marx. Tidak, NKRI yang damai, kritis dan memiliki Akhlaqul Karimah itu wujud Muslim Indonesia terbesar dunia. “Kami dari SOLID NKRI juag menghimbau pada Ormas Hidayatullah, Al Irsyad, Persis, Muhammadiyah dan NU untuk tegas MENOLAK terhadap giat Parade Tauhid dan atau Aksi Mujahid 212 yang akan memperkuat kesan Umat Islam seakan akan terwakili oleh segelintir manusia manusia politik yang memandang Perjuangan Umat Islam sebelah mata (baca: tidak kaffah). Lebih khusus pada Cak Nun (panggilan akrab Emha Ainun Nadjib) untuk ikut menolak serta MUI, KNPI dan OKP OKP seluruh Indonesia,” pungkasnya. (hrs/shb).