HEADLINEKESEHATANPERISTIWAPOLITIK & PEMERINTAHANTERKINI

Angka Stuting Di Kabupaten Bangkalan Masih Tinggi

ilustrasi

Bangkalan,maduranewsmedia.com– Berdasarkan Riset kesehatan dasar (rekisdas) tahun 2013 yang dilansir pada tahun 2017 oleh Kementrian Kesehatan RI, angka stunting yaitu permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi  di kabupaten Bangkalan mencapai 37 persen. Padahal kabupaten yang berada di ujung paling Barat pulau Madura ini dikelilingi oleh pantai yang secara logika tidak kekurangan ikan untuk menambah asupan gizi masyarakatnya, khususnya Balita.

Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Bangkalan, Sudiyo dikonfirmasi melalui  Kasi kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat,  Zuhdi mengaku heran dengan angka stuting yang diri oleh Kementerian kesehatan RI itu. “Saya juga heran kenapa kok bisa muncul angka  segitu (37 persen) ya,” kata Zuhdi, Selasa (3/9/2019).

Padahal kata Zuhdi, angka riil stuting yang dimiliki oleh Dinas kesehatan kabupaten bangkalan berdasarkan bulan timbang bulan Pebruari tahun 2019, angka stuting hanya 5,2 persen. “Data stuting dari pusat itu menggunakan rekisdas tahun 2013, jadi  tidak semua desa di lakukan penelitian hanya sampel beberapa desa saja, sedangkan kita berdasarkan bulan timbang dengan menggunakan aplikasi Elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat, makanya, angka stuting sebesar 37 persen itu  kami pertanyakan,” jelasnya.

Jadi kata Zuhdi, dengan adanya ketidak singkronan antara data Stuting dari pemerintah pusat dengan data stuting yang ada di dinkes kabupaten Bangkalan ini, pihaknya langsung melakukan validasi dengan dengan menggunakan aplikadsi Elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat. “Jadi upaya kita yang kita lakukan,  ketika ada penimbangan di lapangan datanya langsung masuk ke aplikasi itu by name by addres,” terangnya.

Dijelaskan Zuhdi, dari data bulan timbang bulan Pebruari 2019. dengan by name by addres itu angka stuting di kabupaten Bangkalan 5,2 persen. Kecamatan tertinggi angka stutingnya adalah  kecamatan Arosbaya ada 260 anak balita dari 1.725 balita yang di timbang atau 15,1 persen, kemudian Kokop 476 balita dari 4.540 balita yang di ditimbang atau 10,5 persen dan kecamatan Bangkalan sebanyak 535 balita dari 5.129 balita yang di timbang atau 10, 4 persen. “Data yang kami miliki ini riiil by name by addres kalau data dari pusat 37 persen itu tiada ada by name by addresnya,” tuturnya.

Zuhdi mengharapkan kedepan tidak terjadi lagi ketidak singkronan data ini. “Kita ini (kabupaten Bangkalan Red) di keliling pantai kenapa kasus stuntingnya masih tinggi ? kalau dikelilingi pantai kan banyak ikannya, mudah mudah kedepan tidak terjadi lagi ketidak.singkronan data ini,” pungkasnya. (hib/shb)