HEADLINEPERISTIWAPOLITIK & PEMERINTAHANTERKINI

Dua Pekan Digedor Cuaca Ekstrim Ratusan Hektar Sawah Petani Terendam Genangan Air Hujan

image

Bangkalan,maduranewsmedia.com-Cuaca ekstrim berupa guyuran hujan lebat dan tiupan angin kencang yang menggedor Kabupaten Bangkalan dalam dua pekan terakhir ini, mulai menebar ragam problematika bagi kehidupan masyarakat. Diantaranya,  ratusan hektar areal persawahan petani yang pada paruh Juni saat ini tengah memasuki masa taman musim penghujan kedua (MP-2), tenggelam oleh genangan air hujan.
Kepala Dinas Pertanian Dan Peternakan (Dispertanak) Bangkalan, Ir Abdulah Fanani,MMP, tidak menampik kenyataan pahit itu.” Areal persawahan tergenang air terkosentrasi di beberapa Kecamatan. Antara lain di Desa Bilaporah dan Desa Buluh Kecamatan Socah, di Kelurahan Mlajah, Kecamatan Bangkalan Kota, serta areal persawahan di Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh,” tegas Fanani, Selasa (21/6) kemarin, di ruang kerjanya.
Beruntung, ketika ratusan hektar sawah itu mulai terenang air dalam sepekan terakhir ini, kegiatan bercocok tanam padi di kalangan petani tidak serempak. Seperti para petani di Desa Bilaporah dan Desa Buluh, Kecamatan Socah, serta petani di Desa Telang, Kecamatan Kamal, hingga paruh Juni ini, baru berancang-ancang untuk mulai menebar benih.
Itu sebabnya, meski sebagian besar dari sekitar 200 hektar lebih areal persawahan tiga Desa itu tenggelam oleh genangan air hujan, namun tidak akan menimbulkan kerugian finansial bagi para petani. Sebab para petani di Desa Bilaporah, Buluh dan Desa Telang, memang belum menebar benih padi. Kegiatan mereka ketika sawah mulai tergenang, baru saja tuntas mengelompokkan jerami bekas hasil panen MP-1 dua bulan lalu. Jadi belum sempat menebar benih padi.
Genangan air hujan juga merendam sekitar 40 hektar lebih areal persawahan di kawasan Jalan Halim Perdana Kusuma dan jalan kembar menuju Pasarean KH Moh Kholil di Kelurahan Mlajah, Kecamatan Bangkalan Kota. Di sini, para petani rata-rata sudah tuntas dan sedang menebar benih padi ketika sawah mereka tergenang.
“Nah, jika hujan tak kunjung mereda, sementara genangan masih terus berkepanjangan, di sini petani yang sudah terlanjur menebar benih, akan punya peluang untuk gagal tanam. Antisipasinya, ya para petani harus menebar benih ulang ketika air sudah surut permanen nanti. Jadi ada sedikit kerugian finansial jika itu yang terjadi,” tandas Fanani.
Namun lain halnya dengan kebanyakan petani yang bercocok tanam di Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh. Tanaman padi mereka  yang terhampar di areal persawahan seluas 40 hektar lebih, sudah memasuki proses pertumbuhan. Usianya rata-rata berkisar antara 10 s/d 15 hari, ketika sawah mereka tenggelam oleh genangan air.
Menurut Fanani, jika genangan air bisa secepatnya surut, tanaman padi petani di Kelurahan Tunjung itu masih punya peluang besar untuk bisa diselamatkan. Alasannya, tanaman padi pada kisaran usia 15 hari cengekaraman akarnya sudah relatif kuat dan kokoh.
Tetapi jika sebaliknya, atau genangan air ternyata terus berkepanjangan, bisa jadi tanaman padi petani di Kelurahan Tunjung itu akan mengalami puso, alias gagal panen. Fanani berharap problem semacam itu tak sampai dialami petani. Dan harapan ituk itu masih cukup terbuka. Sebab dalam dua hari terakhir ini, ada sinyalemen guyuran hujan lebat bakal mulai jeda.
”Tapi apa benar begitu, cobalah tunggu sepekan lagi. Petugas PHP (Penyelamat Hama Pertanian) bersama Mantan (Mantri Pertanian) dan PPL (Penyuluh Petani Lapangan) di semua Kecamatan, kini sedang turun melakukan investigasi di lapangan. Dari hasil pendataan mereka, kita akan tahu apakah  ada kerugian atau tidak,” pungkas Fanani. (Sjam/shb).