HEADLINEPERISTIWATERKINI

Tak Kunjung Diangkat Jadi PNS, Perempuan ini Lebih Memilih Bertani Cabe Daripada Jadi THL

 

nur Ayati dan pohon cabenya yang siap panen

Bangkalan,maduranewsmedia.com– Harga cabe yang terus melambung membuat Nur Ayati (41). Warga dusun Lembanah desa kebun kecamatan Kamal. Kabupaten Bangkalan, beralih profesi dari tenaga harian Lepas (THL) di Rumah sakit Syarifah ambami ratoh ebuh (Syambu) bangkalan menjadi petani cabe.  “Saya THL di RSUD Syamrabu, sekarang mengajukan pengunduran diri dari THL, karena sudah 13 tahun jadi THL tapi ngak ada kepastian sampai sekarang mas, saya jadi THL. Dari tahun 2007 sampai sekarang, malah THL yang baru baru yang diangkat, saya berfikir sudah tidak ada. nasib baik. di pegawai makanya. Saya  berdagang dan bertani cabe,” kata Nur Ayati, Senin (6/3/2017).

Perempuan yang sudah menikah namun belum dikaruniai momongan itu saat ini telah mempunyai 2.500 pohon cabe yang ditanah di lahan seluas 900 M2 di desa Kebu kecamatan Kamal dan sudah hampir panen. “Tanaman cabe saya ini berumur kurang lebih 3 bulan dan tidak lama lagi minggu ngak sampai  2 minggu lagi udah panen karena suad aada buah cabe yang merah,” jelasnya.

Dijelasnya Nur Ayati, semenjak dirinya ditinggal mati oleh ibunya, dirinya memacu semangatnya dan terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, karena gaji sebagai THL sudah tidak.mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  “Gaji THL Rp 950 ya ngak cukup mas, jadi semenjak ditinggal almarhum ibu,  kami semangat dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keeluarga, karena lahan warisan dari almarhum ibu cukup banyak, makanya kami berinisiatif untuk mengelola tanah teersebut untuk ditanami cabe, karena sayang kalau dibiarkan saja,” terangnya.

Ditambahkan Nur Ayati, dengan harga cabe sekarang yang mencapai Rp 200 ribu/kg, dia yakin tanaman cabe miliknya yang sudah siap panen akan  mendapat keuntungan yang banyak. “Sekarang. Harga cabe yang super Rp 175 ribu/kg itu harga kulakan, harga jualnya Rp 200 ribu/kg nya, saya yakin cabe saya yang siap panen akan untung banyak,” tuturnya.

Oleh sebab itu kata Nur Ayati, dirinya akan terus mengembangkan tanaman cabe karena lahan peninggalna ibunya masih luas. “Sekarang saya masih persiapan lahan yang ketiga mas, luasnya 6000 M2, tapi nanti tunggu setelah saya panen dilahan yang peertama,” katanya.

 

Dalam bertani menanam cabe ini, Nur Ayati dibantu oleh Tri adikya dan Abd Sukkur suaminya yang menjadi PNS di Bada Pendapatan daerah kabupaten bangkalan. “Untuk bagian pembibitan dibantu adik, saya namanya Tri, dan saya juga dibantu suami, dan semoga Allah percaya keada kami untuk merwat cabe yang telah Allah titipkan pada kami dan semoga bermanfaat bagi keluarga dan orang lain,” pungkas perempuan yang sudah 14 tahun menikan tapi belum di karunia anak ini. (hib/shb)