HEADLINEPENDIDIKANPERISTIWATERKINI

Wisata Laut Terumbu Karang PHE WMO Membawa Mantan PMI Malaysia Ini Menjadi “Dosen” Bagi Peneliti Lokal dan Internasional

Bangkalan,maduranewsmedia.com- Tahun 2014 merupakan tahun keberuntungan bagi mantan Pekerja Mingran Indonesia (PMI) yang juga sebagai  Ketua Pokdarwis Payung Kuning desa Labuhan kecamatan Sepuluh kabupaten Bangkalan, Mohammad Sahril, karena pada tahun tersebut, Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) melakukan penghijauan mangrove dan pelatihan di desanya. “Pada awalnya tahun 2014 PHE WMO melakukan penghijauan Mangrove dan pelatihan, kemudian terbentuklah taman pendidikan Mangrove untuk mengatasi abarasi pantai,” kata Mohammad Syahril mantan PMI Malaysia mengawali kisahnya.

Taman pendidikan Mangrove itu, Saat ini terus berkembang dan taman itu telah  menjadi ecowisata yang bisa mendatangkan pengunjung, peneliti baik lokal maupun peneliti  International. ”Banyak peneliti baik lokal maupun international yang datang kesini, ada yang mau belajar tentang mangrove ada juga yang melakukan penelitian Mangrove,” jelas Sahril sapaan akrabya Ketua Pokdarwis Payung Kuning Labuhan itu.

Banyaknya peneliti baik lokal maupun Internasional yang datang ke lokasi Taman pendidikan Mangrove labuhan, membuat Sahril menjadi pemateri sekaligus memberikan praktek bagaimana cara menanam mangrove. Tak jarang ketika memberikan penjelasan kepada peneliti international seperti dari negara Republik Cheko, Australia, Belanda, Brasil dan Scotlandia,  Sahril harus mencari penerjemah. “Kadang ada yang menerjemahkan penyampaian materi saya kepada peneliti asing itu,” terangnya.

Seringkali pada saat tidak ada penerjemah, Sahril memberikan penjelasan kepada peneliti asing hanya dengan memakai bahasa isyarah. “Dia  (peneliti asing Red) saya bawa langsung ke lokasi supaya dia tahu bagaimana cara menanamnya,  kita kasih prakteknya langsung dan dia mengikuti apa yang saya praktekkan, jadi kalau tidak ada penerjemah saya  pakai bahasa isyarat dari gerak geri yang saya lakukan dia sudah paham, kebanyakan orang bule itu sangat senang apalagi tanamnya di are pantai,” tuturnya.

Dari seringnya menerima kunjungan peneliti international kini Sahril sudah tidak canggung lagi dalam menghadapi peneliti asing itu, meskipun mantan  TKI Malaysia ini tidak bisa berbahasa Inggri.  “Saya memang tidak menguasai bahasa inggris, namun peneliti dari Cheko,  Brasil,  Scotlandia dan Australia, dengan memakai bahasa isyarah Alhamdulilah  saya bisa mengedukasi mereka untuk menanam pohon magrove,” kisahnya.

Bahkan pria kelahiran tahun 1971 ini pernah di beri hadiah sebuah buku oleh pengarangnya langsung yang kebetulan dari Belanda. “Pengarang buku Mr Bas Van Balen dari Belanda pernah menginap di rumah saya untuk penelitian, saya diberi bukul dengan judul  burung burung di Sumatera, Jawa.Bali dan Kalimantan buku yang diberi ke saya itu terbitan LIPI seri panduan Lapangan,” katanya.

Sahril menceritakan, sebelum PHE WMO melakukan program penghijauan Mangrove, ada 17,5 hektar lahan mangrove rusak parah, dan hanya 0,6 Ha lahan dalam kondisi baik. setelah dilakukan penghijauan, Taman yang dikelola oleh kelompok tani Cemara Sejahteradesa Labuhan itu dikembangkan lagi program Taman wisata laut labuhan yang berfokus pada konservasi dan transplantasi terumbu karang pada tahun 2017. “Dulu terumbu karang disini rusak parah karena alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, tapi sekarang dengan adanya pengawasan dari masyarakat pengunnan alat tangkap itu semakin minim dan kmai turut mengedekasi masyarakat pentingnya terumbu karang,” terang Sahril.  

menurut Sahril, sejak tahun 2017 hingga 2021, telah ditanam 877 fragmen karang yang dikelola oleh kelompok sadar wisata Payung Kuning. ada dua titik transplantasi trumbu karang yaitu di pulau Ajaib dengan kedalaman 5 meter dan Taman laut Terumbu Karang selain berfungsi sebagai rumah ikan, tuerumbu karang itu juga dimanfaatkan nelayan untuk mencari cumi cumi. “Dengan kembalinya terumbu karang ini,maka desa kami menjadi desa wisata edukasi, konservasi dan pemberdayaan masyarakat, Alhamdulilah masyrakat sekitar bisa bekerja sambil mengawasi keamanan terumbu karang,” katanya.  

 

Sementara itu, Relations Manager Regional 4 Indonesia Timur Sub Holding Upstream Pertamina,Iwan Ridwan Faizal menjelaskan Program CSR PHE WMO di Labuhan ini memberikan dampak sosial yang luar biasa kepada masyrakat. “Disisi sosial, ekonomi dan kesejahteraan, program di Labuan ini telah dapat menarik minat 145 KK pekerja migran untuk kembali mengembangkan desanya dalam mengelola wisata. Kelompok tidak hanya berfokus pada mengelola jasa wisata, tetapi mereka juga menyediakan cathering dengan salah satu menu khas urap dan kopi mangrove khas Labuhan,” jelas Iwan panggilan akrabnya Relations Manager Regional 4 Indonesia Timur Sub Holding Upstream Pertamina ini .

Bahkan kata Iwan, saat ini di Labuhan terdapat puluhan spesies burung yang termsuk satwa yang dilindungan. “Di Labuhan ini terdapat 31 spesies  burung yang dilindungi, bahkan 1 diantaranya yaitu kacamata jawa termasuk kategori terancam,” ujar Iwan.

Oleh sebab itu lanjut Iwan, PHE WMO akan mengembangkan CSR yang bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. “Kolaborasi multistakeholder menjadi kunci keberhasilan dan  keberlanjutan program dalam penciptakan nilai. Karenanya PHE WMO berterima kasih kepada semua stakeholders yang terlibat sehingga program CSR PHE WMO dapat berjalan dengan baik,” katanya.

Sementara itu, Wakil Direktur Bidang Riset Unair Surabaya, Prof DR H Suparto Wijoyo menjelaskan CSR yang diberikan PHE WMO sudah tepat sasaran. “Sebuah CSR itu harus sungguh sungguh merefleksikan sebuah korporasi cinta sesama rakyat, untuk itu saya sebut CSR (cinta sesama rakyat), dalam perspektif wujud dari demokratisasi sebuah keputusan korporasi dengan dia dekat bersama rakyat, program programnya melibatkan masyarakat, dimana dia mendapatkan sumber daya berati mendapatkan keuntungan secara ekonomi tetapi dia wajib berbagi kepada rakyat itulah korporasi tahu diri namanya,” kata Suparto yang juga ketua lembaga pemulihan lingkungan hidup, Digitalisasi dan Internationalisasi.    

Disamping itu kata Suparto, dengan CSR partisipasi ini, lingkungan harus lebih terjaga karena menyangkut sistem ekologi. “Tanggung jawab pertamina  ada mangrovisasi, dengan CSR  Magrovisasi ini disini (Pemkab Bangkalan red) uang ABPD yang semula untuk konservasi bisa di recofusing untuk pengembangan UMKM. bisa dialihkan untuk UMKM pengembangan produk, kopi mangrove sirup mangrov batik dari daun mangrove. maka apa yang terjadi ?    lingkungan bisa selamat, ekonomi meningkat, kreatifitas masyarakat tumbuh ibu ibu tidak cangkruk dan ngerumpi tapi, tapi berbagi peran, peran apa pengelolaan  produk produk berbasis Mangrove,” pungkasnya. (moh amin)