Cuaca Ekstrim Terus Berlanjut, Ribuan Nelayan Kembali Pilih Lego Jangkar
Bangkalan,maduranewsmedia.com-Ribuan nelayan di Kabupaten Bangkalan, amat berharap bisa mengais anugerah laut lebih optimal disepanjang Ramadhan kali ini. Namun impian itu tampaknya terganjal oleh faktor alam. Sebab, setidaknya dalam dua pekan terakhir ini, cuaca ekstrim berupa guyuran hujan lebat, tiupan angin kencang dan gulungan ombak besar, kembali menggarang di seantero perairan Selat Madura. Juga di seputar Laut Jawa. Dampaknya, sedikitnya 400 nelayan Kampung Lebak dan Kampung Bandaran di Kecvamatan Bangkalan Kota, lebih memilih lego jangkar “Itu kami lakukan agar kami terhindar dari ancaman gelombang besar yang dalam dua pekan terakhir ini kembali bergolak di perairan Selat Madura. Kalau memaksa resikonya amat berbahaya pak. Perahu kami bisa terbalik, karam dan tersert arus deras,” keluh Hamim (52), Ketua Peguyuban Nelayan Janor Koneng, Kampung Lebak, Kelurahan Pangeranan, Kamis (16/06/2016)
tak habis pikir mengapa cuaca ekstrim yang setiap tahunnya kaprah mewarnai perairan Selat Madura pada kisaran Nobember s/d Januari, kini kembali terulang pada kisaran Juni saat ini. Realita itu, secara finansial jelas amat merugikan kaum nelayan. Sebab tahun ini mereka harus dua kali mengalami masa lego jangkar. Pertama terjadi akhir November s/d Pebruari lalu, dan masa lego jangkar kedua terjadi pada kisaran Juni saar ini.
Dilain pihak, Kepala Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Bangkalan, Drs Wahid Hidayat,MBA,MM,PhD, membenarkan bahwa situasi perairan Selat Madura dan Laut Jawa saat ini, memang sedang kurang bersahabat. Selain kerap diguyur hujan lebat, kawasan laut yang menjadi lahan kehidupan sekitar 9.000 nelayan di Kabupaten Bangkalan itu, juga rutin digedor tiupan angin kencang dan gulungan ombak besar.
”Ketika situasi perairan Selat Madura sedang bergolak seperti itu, jelas amat rentan bagi kemungkinan terjadinya kecelakaan laut. Termasuk bagi para nelayan. Itu sebabnya, jika sebagian besar dari 400 lebih nelayan di Kampung Lebak dan Bandaran kini lebih memilih untuk lego jangkar, atau tidak melaut selama ombak besar, itu merupakan pilihan yang tepat,” papar Wahid Hidayat.
Menurut Wahid, ketika siklus musim angin barat tengah mencapai puncaknya seperti sekarang ini, sebagian besar kaum nelayan memang jadi miris melaut. Merekapun lalu rame-rame pilih lego jangkar alias libur melaut untuk untuk sementara waktu.
Perasaan miris semacam itu, menurut Wahid Hidayat tidak hanya dialami oleh komunitas nelayan Kampung Lebak dan Kampung Banadaran di Kecamatan Bangkalan Kota saja. Ribuan nelayan Kabupaten Bangkalan lainnya yang tersebar di 10 kecamatan, yakni Kecamatan Tanjung Bumi, Sepulu, Klampis, Arosbaya. Socah, Kamal, Labang, Kwanyar, Blega dan Kecamatan Modung, secara psykhologis, pasti merasakan kegetiran serupa. Merekapun, juga pasti ikut libur malaut alias lego jangkar bareng-bareng. (Sjam/shb).