Ratusan Balita di Bangkalan Alami Gizi Buruk
Bangkalan,maduranewsmedia.com– Sebanyak 114 Bayi dibawah Lima Tahun (Balita) di kabupaten Bangkalan mengalami gizi buruk. Kasus gizi buruktersebar hampir di18 kecamatan yang ada di kabupaten Bangkalan. “Untuk kasus gizi buruk ditemukan hampir disemua kecamatan, di tiap-tiap kecamatan ditemukan 3 hingga 5 kasus gizi buruk, dalam kurun waktu Januari Hingga Desember ini ditemukan 114 kasus Gizi Buruk,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan, Sugio melalui Kasi Keluarga dan Gizi Masyarakat, Zuhdi M.Mkes, Ahad (09/12/2018).
Dikatakan dia, dalam penanganan kasus gizi buruk ini Dinkes Bangkalan telah menetapkan 10 desa sebagai desa locus stanting. Dimana di 10 desa itu Banyak Balita antara umur dan tinggi Badan dalamKartu Menuju Sehat (KMS) dari dari 7 kg. ”Di 10 desa banyak ditemukan balita yang tinggi badannya tidak sesuai dengan umurnya, Berat badan Balita umur 18 bulan itu normal berat badannya 10 hingga 11 kg,” jelas Zuhdi.
Ke-10 desa yang tetapkan sebagai locos stanting gizi buruk itu kata Zuhdi adalah desa Gunung Sereng, Morombbuh, Tebul, Duwek Buter, Dlemmer, Bantah Timur kecamatan Kwanyar, desa Durjen, kecamatan Kokop Desa Neroh dan Glisgis kecamatan Modung dan Desa Bumi Anyar kecamatan Tanjung Bumi. “Nah di 10 desa ini penanganan gizi buruk sejak tahun 2018 hingga 2019 di intervensi oleh pemerintah bersama-sama lintas sektor dengan pemberian makanan tambahan dan pemeriksaan berkala,” terangnya.
Dijelaskan Zuhdi, dalam penanganan kasus gizi buruk ini mustahil dilakukan oleh Dinkes sendirian. “Ya Mustahil-lah untuk mengatasi masalah kasus gizi buruk ini kalau dilakukan dari Dinas kesehatansendiri, penanganan dari kami paling hanya 30 persen, 70 persennya dari lintas sektor ini,” tuturnya. ,
Dengan locus Stanting kata Zuhdi, penanganan kasus gizi buruk lebih fokus dan lebih maksimal.” Misalnya dari sektor penyediaan air bersih yang menangani OPD A, untuk Pembuatan jamban dari OPD B,” katanya.
Ditambahkan Zuhdi, penyebab terjadi kasus Gizi buruk yang terjadi di kabupaten Bangkalan lebih disebabkan karena penyakit dan Balit banyak tang tidak diberikan ASI Ekklusif. “Rata-rata kasus gizi buruk yang terjadi ini Penyebabnya langsung dan tidak langsung, ada yang karena penyakit, seperti sesak nafas dan diare, dan lain lain penyakit penyerta,” ujarnya.
Kebanyakan yang terjadi kata Zuhdi, dalam kasus gizi buruk ini karena Balita tidak diberikan ASI ekslusif. “Kebanyakan masyarakat kita di bangkalan ini setelah lahir 2 jam bayi diberi makan, padahal tidak boleh diberi makan, bayi itu boleh diberi makan harus umur 6 bulan selama umu 0 hingga umur 6 bulan harus di beri ASI,” pungkasnya. (hib/shb)
,
,